Penggunaan Metode Mentoring dan Coaching Model TIRTa untuk Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Modul Ajar

Kompetensi guru dalam menyusun modul ajar pada pelaksanaan Kurikulum Merdeka saat ini sangatlah penting karena modul ajar akan menentukan kualitas pembelajaran di kelas. Tujuan  peneliti melakukan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru di SMP Kristen Kalam Ku...

Ausführliche Beschreibung

Gespeichert in:
Bibliographische Detailangaben
Veröffentlicht in:Ideguru : jurnal karya ilmiah guru 2024-01, Vol.9 (2), p.629-635
Hauptverfasser: Triasmani, Astuti, Tj, Hery Winoto, Andriono, Takim
Format: Artikel
Sprache:eng
Schlagworte:
Online-Zugang:Volltext
Tags: Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
Beschreibung
Zusammenfassung:Kompetensi guru dalam menyusun modul ajar pada pelaksanaan Kurikulum Merdeka saat ini sangatlah penting karena modul ajar akan menentukan kualitas pembelajaran di kelas. Tujuan  peneliti melakukan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru di SMP Kristen Kalam Kudus Yogyakarta dalam menyusun modul ajar dengan menggunakan metode mentoring dan coaching model TIRTa, dengan sasarannya guru mata pelajaran yang mengajar di kelas VII dan VIII sebanyak 3 orang. Peneliti menggunakan modul ajar sebagai produk yang dinilai dan juga melakukan pengamatan terhadap kompetensi guru baik dari sisi pedagogik dan profesionalnya. Hasil penelitian tindakan ini sangat menggembirakan, karena didapati: (1) subjek lebih memahami komponen-komponen dalam modul ajar sesuai standar bakunya; (2) subjek mampu menyusun modul ajar dengan kualitas yang lebih baik; (3) kompetensi pedagogik dan profesional subjek mengalami peningkatan; (4) Model TIRTa sangat efektif digunakan untuk melakukan mentoring dan coaching karena membangun kesadaran subjek untuk menetapkan tujuan, mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya, membuat rencana aksi dan bertanggungjawab atas rencananya. Keberhasilan ini dapat dilihat dari hasil ketiga subjek pada pra siklus yang menunjukkan kompetensi subjek yang masih dalam kategori kurang (< 71), tetapi pada siklus I, 2 subjek masih dalam kategori kurang (< 71) dan  salah satu subjek sudah mencapai kategori cukup (71 – 80), dan  di akhir siklus II ketiga subjek berubah kategorinya menjadi baik (81 – 90).  
ISSN:2527-5712
2722-2195
DOI:10.51169/ideguru.v9i2.783