Ngèngèr (Suatu Model Pendidikan Karakter)
Banyak pemahaman konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh berbagai pemikir kebudayaan, satu di antaranya konsep kebudayaan yang lebih menekankan pada kebudayaan intangible. Pemahaman kebudayaan seperti itu sangat pas untuk mengkaji berbagai kebudayaan pada tataran nilai budaya, misalnya terkait pendi...
Gespeichert in:
Veröffentlicht in: | Patra-widya : seri penerbitan penelitian sejarah dan budaya 2020-12, Vol.21 (3), p.369-376 |
---|---|
1. Verfasser: | |
Format: | Artikel |
Sprache: | eng |
Online-Zugang: | Volltext |
Tags: |
Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
|
Zusammenfassung: | Banyak pemahaman konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh berbagai pemikir kebudayaan, satu di antaranya konsep kebudayaan yang lebih menekankan pada kebudayaan intangible. Pemahaman kebudayaan seperti itu sangat pas untuk mengkaji berbagai kebudayaan pada tataran nilai budaya, misalnya terkait pendidikan karakter, mengingat objek penelitian itu ada pada alam pikir. Pemahaman dan pembahasan pendidikan karakter pada anak merupakan hal yang sangat penting mengingat hal itu akan menjadi pondasi dan pegangannya dalam menjalani kehidupan di kelak kemudian hari. Berbagai pemikiran banyak yang menawarkan model pendidikan karakter. Hal itu memunculkan pemikiran, model pendidikan karakter yang bagaimana yang baik untuk diterapkan ? Walaupun sudah ada berbagai pemikiran dan semuanya sangat baik, namun masih ada satu pemikiran yang patut untuk dicermati, yakni ngèngèrsebagai sebuah agen pendidikan karakter. Ngèngèrdiartikan sebagai ngabdi, meloe marang wong liya dadi batoer. Dalam menjalani ngèngèrada ilmu yang didapat yang dapat dipergunakan untuk pegangan dalam menjalani hidup. Ada beberapa sekolah yang sangat cerdas mengaplikasikan konsep ngèngèrdalam kurikulum pendidikan sekolah, yaitu live in provesidan live in social. Pengamatan, wawancara, dan pustaka dilakukan untuk mencermati dan menggali pemahaman konsep di sekitar kehidupan dalam ngèngèr. Live in provesidan live in social diterapkan pada murid-murid SMA De Britto Yogyakarta denga menitipkan siswa pada penjual kerajinan dan tinggal bersama keluarga tukang sapu. |
---|---|
ISSN: | 1411-5239 2598-4209 |
DOI: | 10.52829/pw.316 |