Effektivitas Ibadah Dalam Pengembangan Kecerdasan Spiritual Santri, Di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pendidikan yang dikembangkan di pondok Pesantren  Suryalaya Tasikmalaya. Pesantren adalah salah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren, menurut analisis Nurcholis Madjid (1985), adalah lembaga yang mewujudkan proses perkembangan pendidikan...

Ausführliche Beschreibung

Gespeichert in:
Bibliographische Detailangaben
Veröffentlicht in:Cakrawala (Pusat Penelitian dan Pengembangan Universitas Pancasakti) 2021-04, Vol.14 (2), p.1-10
Hauptverfasser: Basuki, Basukiyatno, Fitriyanto
Format: Artikel
Sprache:eng
Online-Zugang:Volltext
Tags: Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
Beschreibung
Zusammenfassung:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pendidikan yang dikembangkan di pondok Pesantren  Suryalaya Tasikmalaya. Pesantren adalah salah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren, menurut analisis Nurcholis Madjid (1985), adalah lembaga yang mewujudkan proses perkembangan pendidikan nasional secara wajar. Secara historis, pesantren  tidak hanya mengandung makna keislaman, melainkan juga  keaslian Indonesia, karena lembaga yang serupa sudah terdapat pada masa kekuasaan Hindu-Budha, sedangkan Islam meneruskan dan mengislamkannya. Sejalan dengan hakikat pendidikan pesantren yang tumbuh dan berkembang sepenuhnya berdasarkan motivasi agama, Pesantren Suryalaya dikembangkan untuk mengefektifkan usaha penyiaran agama dan pengamalan ajaran-ajarannya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan pesantren melakukan proses pembinaan pengetahuan, sikap, dan kecakapan, yang menyangkut segi keagamaan. Tujuan intinya yaitu mengusahakan pembentukan manusia berbudi luhur (al-akhlaq al-karimah) dengan pengamalan-pengamalan keagamaan yang konsisten (istiqomah). Seorang santri (siswa) di pesantren menurut Marzuki Wahid (1999: 17) juga harus mengemban fungsi untuk mencari kebenaran mutlak (ultimate truth), sebagaimana kaum sufi mengembara untuk memperoleh ‘makanan’ bagi jiwanya yang tidak pernah puas. Karena itu, pesantren salafiyah tidak memberikan ijazah, output yang diharapkan adalah melahirkan orang-orang bertaqwa (manusia utuh). Ketaqwaan diyakini oleh warga pesantren sebagai puncak kecerdasan.
ISSN:1858-4497
2549-9300
DOI:10.24905/cakrawala.v14i2.1712