Representasi Gerakan Politik Identitas Islam dalam Film “Sepanjang Jalan Satu Arah”

Film merefleksikan keadaan sosial politik dalam dinamika kehidupan masyarakat, salah satunya melalui bentuk pendekatan representasi. Salah satu bentuk pendekatan yang biasa digunakan adalah pendekatan konstruksionis, dari bentuk ini film mampu membahasakan pemikiran sineasnya serta membawa realitas...

Ausführliche Beschreibung

Gespeichert in:
Bibliographische Detailangaben
Veröffentlicht in:Jurnal Audiens 2021-11, Vol.3 (1), p.31-47
Hauptverfasser: Sukmana, Hafiyyan Sulthon Aulia, Arifianto, Budi Dwi
Format: Artikel
Sprache:eng
Online-Zugang:Volltext
Tags: Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
Beschreibung
Zusammenfassung:Film merefleksikan keadaan sosial politik dalam dinamika kehidupan masyarakat, salah satunya melalui bentuk pendekatan representasi. Salah satu bentuk pendekatan yang biasa digunakan adalah pendekatan konstruksionis, dari bentuk ini film mampu membahasakan pemikiran sineasnya serta membawa realitas melalui layarnya dengan mengubah dan membentuk realitas tersebut berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. Bentuk tersebut diaplikasikan melalui film yang menjadi objek penelitian ini, film yang berjudul “Sepanjang Jalan Satu Arah (Along the One Way)” yang membahas pergolakan gerakan Politik Identitas dalam Pilkada Surakarta 2015. Penelitian ini akan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dengan konsep pemaknaan tandanya (denotatif, konotatif, mitos). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi gerakan politik identitas yang berlangsung selama kontestasi Pilkada Surakarta tahun 2015. Representasi tersebut dianalisis melalui proses pemaknaan teks-teks yang tercipta dalam film ini, di antaranya unsur naratif (dialog, penokohan dan alur) serta unsur sinematiknya (mise-en-scene). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan gerakan politik identitas sebagai gerakan yang ‘taat’ dalam bentuk identifikasi dirinya (simbolik dan ritual), memobilisasi massa dengan retorika ‘relijius’-nya, serta menggunakan sarana ibadah sebagai pemenuhan proses politiknya.  
ISSN:2722-4856
2722-4856
DOI:10.18196/jas.v3i1.11762