Buzzer di Masa Pandemi Covid-19: Studi Analisis Wacana Kritis Kicauan Buzzer di Twitter

Pandemi Covid-19 menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh masyarakat secara langsung maupun secara daring sejak tahun 2020 lalu. Hal ini terlihat dari penuhnya pembahasan Covid-19 di media massa cetak maupun elektronik. Tak hanya itu perbincangan tersebut juga gencar menjadi topik utama dalam...

Ausführliche Beschreibung

Gespeichert in:
Bibliographische Detailangaben
Veröffentlicht in:Jurnal masyarakat dan budaya (Online) 2021-05, Vol.23 (1)
Hauptverfasser: Hanif Jati Pambudi, Ario Lukito Adi Nugroho, Liliek Handoko, Firstya Evi Dianastiti
Format: Artikel
Sprache:eng
Online-Zugang:Volltext
Tags: Tag hinzufügen
Keine Tags, Fügen Sie den ersten Tag hinzu!
Beschreibung
Zusammenfassung:Pandemi Covid-19 menjadi topik yang selalu diperbincangkan oleh masyarakat secara langsung maupun secara daring sejak tahun 2020 lalu. Hal ini terlihat dari penuhnya pembahasan Covid-19 di media massa cetak maupun elektronik. Tak hanya itu perbincangan tersebut juga gencar menjadi topik utama dalam obrolan di media sosial, seperti Twitter. Melihat antusiasme masyarakat terhadap Twitter memantik munculnya sekelompok pendengung (buzzer) yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu, baik untuk mempromosikan sesuatu sampai pada tema politik. Penelitian ini membahas dimensi tekstual, praktik kewacanaan, dan dimensi sosiokultural kicauan dari akun @permadiaktivis1 dalam menggiring opini terkait pandemi dan vaksin dengan mendukung pemerintah. Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan teoretis merujuk pada metode Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough. Hasil penelitian dalam dimensi tekstual menemukan bahwa Permadi Arya beberapa kali mengonfrontasi pemikirannya dengan beberapa tokoh publik dalam menyikapi suatu peristiwa Covid-19, yaitu AA Gym, Najwa Shihab, Hidayat Nur Wahid, dan Bintang Emon. Penutur sama sekali tidak pernah menyalahkan pemerintah terkait kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani pandemi Covid-19. Hal ini membuktikkan bahwa pendengung bekerja untuk membela satu pihak. Selain itu, sindiran dan ajakan menjadi pola dari kicauan tentang topik Pandemi Covid-19. Sindiran yang diberikan dapat menjadi bumerang kepada pihak pemerintah. Lebih lanjut, jika buzzer hanya fokus pada sindiran dan konfrontasi dikhawatirkan akan ada misinformasi yang diterima pembaca.
ISSN:2615-7608
2502-1966
DOI:10.14203/jmb.v23i1.1265